Deflasi Kota Tanjungpandan Tertinggi se-Indonesia


Pangkalpinang(koranbabel.com) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Oktober 2015 terjadi deflasi sebesar 0,08 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 121,57. Dari 82 kota IHK, tercatat 44 kota mengalami deflasi dan 38 kota mengalami Inflasi.

Deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan 1,95 persen dengan IHK 127,18 dan terendah terjadi di Padangsidimpuan 0,01 persen dengan IHK 118,04. Sementara inflasi tertinggi terjadi di Manado 1,49 persen dengan IHK 123,07 dan terendah terjadi di Yogyakarta 0,01 persen dengan IHK 119,15.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bangka Belitung, Ir. Herum Fajarwati menerangkan bahwa kondisi deflasi di Kota Tanjungpandan terpengaruh oleh kondisi Inflasi yang sempat beberapa kali melanda Tanjungpandan pada bulan yang lalu.

“Bulan Oktober 2015 khususnya Kota Tanjungpandan mengalami deflasi karena memang supplay barang-barang produksinya masih berlimpah karena memang pada bulan-bulan ini juga tidak ada event-event besar. Apalagi 2 bulan sebelumnya berturut-berturut Kota Tanjungpandan inflasi. Sehingga akibatnya lebih kondusif atau kembali normal lagi,” ujar Herum.

Kelompok yang memberikan andil sumbangan deflasi pada Oktober 2015 yaitu kelompok bahan makanan 1,83 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,02 persen dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan 0,13 persen. Sedangkan kelompok yang memberikan andil inflasi yaitu kelompok makanan jadi, minuman rokok, dan tembakau 0,004 persen, kelompok sandang 0,01 persen, kelompok kesehatan 0,01 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahrga 0,01 persen.

Sementara Kota Pangkalpinang juga mengalami deflasi pada Oktober 2015 sebesar 0,21 persen. Adapun pengeluaran yang memberikan andil deflasi pada Oktober 2015 yaitu kelompok bahan makanan 0,62 persen dan kelompok sandang 0,01 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang memberikan andil inflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,15 persen kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,11 persen, kelompok kesehatan 0,01 persen , kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,01 persen, serta kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan 0,14 persen.

“Polanya (inflasi/deflasi) bisa saja berubah makanya kita mendorong pihak terkait untuk juga segera melakukan langkah antisipasi seperti tetap rutin memantau stok kebutuhan masyarakat dan menjaga dari ulah para spekulan nakal dan tidak bertanggungjawab. Termasuk masalah kondisi alam seperti gelombang ataupun cuaca yang bisa saja terjadi kapan waktu dan berakibat akan mengganggu kelancaran arus distribusi barang,“ tutupnya. (Pros.Adv/dhi)

The post Deflasi Kota Tanjungpandan Tertinggi se-Indonesia appeared first on KORAN BABEL.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment