Jakarta,koranbabel — Pencabutan subsidi listrik untuk 23,3 juta pelanggan oleh pemerintah mulai 1 Januari 2016 akan berpengaruh terhadap perekonomian secara umum. Terutama pada komponen pertumbuhan ekonomi dan inflasi.
Riyanto, Pengamat Ekonomi dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) menuturkan dampak inflasi langsung adalah 1,74%. Sehingga inflasi total di 2016 bisa mencapai 6%.
“Dampak inflasi langsung 1,74%, jadi tahun depan dengan asumsi APBN 2016 sebesar 4,7%, jadi 5-6% total inflasinya,” ujar Riyanto dalam seminar Energi Kita di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (1/11/2015)
Di samping itu, ada dampak yang tidak langsung pada komponen kebutuhan pokok. Sehingga pemerintah harus berusaha lebih keras agar harga kebutuhan pokok bisa stabil.
“Kalau pemerintah tidak serius, inflasi bisa lebih tinggi,” imbuhnya.
Sementara untuk pertumbuhan ekonomi, kata Riyanto akan turun 0,59% dari asumsi makro ekonomi yang sebesar 5,3%. Karena akan memukul daya beli masyarakat yang selama ini menjadi komponen pendorong pertumbuhan ekonomi paling besar.
“Dengan begitu maka angka kemiskinan bisa bertambah 0,14%. Karena ada risiko yang rentan miskin juga terkena dampak perubahan asumsi ekonomi makro,” papar Riyanto.
Di samping itu juga ada dampak terhadap pembayaran tagihan listrik masyarakat. Riyanto menyebutkan risiko tunggakan pembayaran oleh pelanggan terhadap PLN.
“Ada risiko tunggakan lebih besar, kemungkinan besar biasanya Rp 100 ribu per bulan, naik 250%. Cukup besar untuk masyarakat. Apalagi ada 23 juta pelanggan yang akan mengalami itu,” ujarnya.
“PLN harus antisipasi, biasanya di lapangan yang akan menanggung risiko besar kantor-kantor PLN. Jadi ini yang harus diantisipasi. Siapkan cara yang lebih smooth dari pada harus langsung begitu,” pungkas Riyanto.
(detik)
The post Ini Dampak Dicabutnya Subsidi Listrik ke 23 Juta Pelanggan PLN appeared first on KORAN BABEL.
ConversionConversion EmoticonEmoticon