Pangkalpinang (koranbabel.com) — Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bulan September 2015 sebesar 0,97% (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,19% (mtm). Dengan capaian ini secara tahunan (yoy) inflasi Bangka Belitung bulan September 2015 sebesar 7,33% (yoy) atau lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 6,83%.
“Capaian inflasi hingga saat ini masih terkendali, namun tetap perlu untuk diwaspadai dan terus diupayakan pencapaian yang lebih rendah seiring masih adanya potensi tekanan dan risiko hingga akhir tahun,” jelas Bayu Martanto, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam keterangan tertulis yang diterima KORAN BABEL, Jum’at (2/10).
Melambatnya inflasi Provinsi Bangka Belitung pada bulan September 2015 terutama disumbangkan oleh penurunan inflasi kota Tanjungpandan yang bulan ini tercatat sebesar 1,20% atau turun dari bulan sebelumnya sebesar 2,29% (mtm).
Sejalan dengan Kota Tanjungpandan yang mengalami inflasi, kota Pangkalpinang mencatatkan inflasi sebesar 0,84% (mtm), sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya inflasi sebesar 0,58% (mtm).
“Inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan seiring dengan meningkatnya permintaan disamping terbatasnya pasokan komoditas ikan karena gelombang laut dan cuaca yang kurang mendukung serta meningkatnya harga pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga yang bersumber dari meningkatnya biaya pendidikan di tingkat Akademi/Perguruan Tinggi dan pakaian olah raga,” demikian ungkap Bayu.
Inflasi Bangka Belitung pada bulan Oktober diperkirakan dalam level yang sedikit lebih rendah. Realisasi proyek infrastruktur dan pelemahan nilai tukar Rupiah diperkirakan dapat menjadi faktor yang berpotensi mendorong peningkatan inflasi. Kondisi gelombang yang diperkirakan meningkat diperairan Bangka Belitung, kemarau yang melanda daerah produsen pangan, dan kenaikan permintaan menjelang Hari Raya Tahun Baru Islam juga berpotensi mendorong inflasi. Sementara itu, masih belum pulihnya harga komoditas dan penurunan NTP yang berdampak pada penurunan daya beli akan membatasi peningkatan konsumsi masyarakat yang menjadi faktor penahan laju inflasi.
“Prospek inflasi hingga akhir tahun 2015 diperkirakan masih menghadapi potensi tekanan yang cukup tinggi karena berlanjutnya sejumlah risiko yang perlu diwaspadai. Namun demikian, harga minyak dunia yang cenderung menurun saat ini berpotensi untuk mengurangi tekanan inflasi kedepan,” tambah Bayu Martanto.
Namun demikian, terdapat sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan inflasi di Bangka Belitung, yakni: i) gangguan cuaca hingga akhir tahun karena musim angin barat dan gelombang laut tinggi serta el Nino yang lebih panjang di daerah produsen pangan berpotensi menurunkan pasokan dan mengganggu arus distribusi; ii) masih terbatasnya pasokan listrik; iii) tekanan terhadap nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global.
Untuk mengurangi resiko tersebut, “Berbagai forum koordinasi pengendalian inflasi daerah menekankan pada pentingnya upaya untuk pembentukan stok pangan untuk mengantisipasi gangguan pasokan, upaya mengurangi ketergantungan bahan pangan dari luar daerah serta upaya memperlancar distribusi barang,” pungkas Bayu Martanto.
Beberapa rumusan rekomendasi kebijakan penting yang dihasilkan untuk pengendalian harga antara lain (a) Penyusunan roadmap pengendalian inflasi, inventarisir permasalahan, pemetaan dan tindak lanjut dan (b) Transparansi informasi perkembangan harga komoditas strategis melalui website Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS). (*/rel)
The post Inflasi Bangka Belitung Masih Terkendali appeared first on KORAN BABEL.
ConversionConversion EmoticonEmoticon