Beltim Masuk Endemis Kaki Gajah


Manggar (koranbabel.com) — Kabupaten Belitung Timur (Beltim) masuk dalam kategori daerah endemis Filaria atau kaki gajah. Berdasarkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan RI, Kabupaten Beltim harus mengulang pemberian obat pencegahan massal Filaria  tahap 2 selama dua tahun berturut-turut.

Data pada Dinas Kesehatan Kabupaten Beltim mencatat setidaknya ada 16 orang penderita kronis dengan kecacatan menetap yang tersebar di 7 kecamatan di Kabupaten Beltim. Dari survey darah jari yang dilakukan pada tahun 2014 ini pula tercatat, di beberapa desa juga ditemukan persentase sampel positif di atas 1 persen.

Dalam Acara Pencanangan Minum Obat Pencegahan Massal Filaria (POPM) pada Bulan Eleminasi Kaki Gajah (BELKAGA), di Kantor Desa Baru Kecamatan Manggar, Kamis (1/10), Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Beltim, dr. Wirahadi Kusuma mengungkapkan tahun 2006 – 2010 lalu, Kabupaten Beltim sudah pernah melaksanakan pengobatan masal sekali setahun selama lima tahun berturut-turut, dengan laporan cakupan pengobatan di atas 85 persen.

“Berdasarkan hasil survey transmisi penularan (TAS) pada anak SD kelas 1- 2 di Kabupaten Beltim, dari 1.556 siswa yang diteliti darahnya, ada 62 siswa kita positif filaria dengan persentase di atas 1 persen. Ini yang membuat Kabupaten kita masuk dalam kawasan endemis filaria dan harus mengulang minum obat pencagahannya,” jelas Wira.

Wira yang juga menjabat sebagai Ketua Pelaksana Komisi Daerah (KOMDA) BELKAGA Beltim ini menyatakan kurang maksimalnya eleminasi kaki gajah di kabupaten Beltim dikarenakan banyak masyarakat yang mengganggap sepele kaki gajah dan enggan untuk meminum obat pencegahannya. Padahal menurutnya, kaki gajah merupakan penyakit menular dan jika masuk dalam stadium tertentu, kecatatannya tidak dapat disembuhkan.

“Kemungkinan karena masyarakat enggan untuk minum. Dalam kampanye tahap kedua ini kita memastikan masyarakat usia dua tahun ke atas kecuali kelompok yang ditunda, meminum langsung (di tempat) obat pencegahan kaki gajah,” katanya.

Ia menambahkan pelaksanaan POPM Filariasis di Kabupaten Beltim memasuki tahap 2 putaran 1 tahun 2015 yang dilakukan secara bertahap di 39 desa, dari 1 Oktober hingga 19 November 2015, dengan jumlah 3-5 pos di tiap desa.

“Target kita adalah warga di atas dua tahun, jadi ada 107.982 jiwa penduduk Betim yang harus minum obat. Mereka akan diberikan dua ajenis obat, yakni DEC dan Albendazole. Kita sudah siap untuk mendistribusikannya,” ujarnya.

Penjabat Bupati Beltim, HM. Hardi mengimbau kepada seluruh masyarakat Beltim untuk ikut berpartisipasi mensukseskan bulan eleminasi kaki gajah, “Ayo kita minum obatnya. Ini bukan untuk saya atau untuk Kepala Dinas, tapi untuk kebaikan kita semua. Untuk itu selama bulan eleminasi kaki gajah ini diharapkan semua penduduk diatas dua tahun datang ke pos minum obat terdekat di desanya. Anak-anak sekolah menjadi target utama jangan sampai lolos tidak minum obat,” katanya.

Ia menargetkan tahun 2020 Kabupaten Beltim akan tercapai eleminasi filarial, “Pencegahan penyakit ini bukan hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan dan Pemerintah daerah saja, tetapi harus menjadi perhatian kita bersama. Ayo sama-sama kita berantas kaki gajah,” ajaknya.

 

Tentang Filariasis

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Beltim, Supardi menjelaskan Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing yang hidup dalam darah dan saluran kelenjar getah bening. Penyakit yang ditukarkan oleh nyamuk ini dapat menimbulkan kecacatan menetap seumur hidup berupa pembengkakan pada kaki, tangan, dan organ kelamin. Penyakit Filariasis atau kaki gajah yang dalam bahasa daerah dikenal dengan nama penyakit Untutan masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia khususnya di Kabupaten Beltim.

“Kaki gajah merupakan salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh cacing yang bernama cacing filarial. Cacing filarial ini ditularkan melalui tubuh manusia dengan memanfaatkan nyamuk seperti penyebab demam berdarah. Jadi, pada intinya adalah seseorang dapat terkena penyakit kaki gajah ini ketika mereka digigit oleh nyamuk yang sudah terinfeksi oleh cacing filarial,” jelas Supardi.

Pria yang akrab dipanggil Supage ini menambahkan cacing dilarial mampu hidup 4 – 6 tahun pada kelenjar getah bening dan juga pembuluh darah manusia. Selama itu pula, cacing filarial akan berkembang biak dan menghasilkan anakan yang bernama microfilarial. Penderita kaki gajah, terutama yang sudah parah akan mengalami pembengkakan yang luar biasa terutama pada bagian kakinya. Kaki penderita dari penyakit kaki gajah ini menjadi besar dan membengkak dengan kulit yang mengeras. Hal ini membuat penderita kaki gajah sulit bergerak dan berjalan, sehingga hanya dapat duduk diam saja.

“Sebelum mengalami pembengkakan hebat pada bagian kakinya, biasanya ada beberapa gejala kaki gajah ringan terlebih dahulu yang muncul sebelum akhirnya penyakit ini masuk ke fase atau tahap yang lebih kronis. Biasanya gejala-gejala ini akan muncul beberapa hari setelah seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi atau membawa cacing filarial dalam bentuk telur,” katanya. (*/rel)

The post Beltim Masuk Endemis Kaki Gajah appeared first on KORAN BABEL.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment