Pangkalpinang (koranbabel.com) — Pertarungan pemilihan kepala daerah (pilkada) yang akan dilangsungkan di empat kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung seperti Bangka Tengah, Bangka Selatan, Bangka Barat, dan Belitung Timur menurut kacamata akademisi Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Dr Ibrahim, S. Fil.,M.Si masih didominasi figure dari Incumbent (pentahana).
Pertarungan politik ini menurut Ibrahim secara tidak langsung menunjukkan kurangnya kaderisasi atau regenerasi politik, “Yang saya amati, pertarungan antara incumbent dan penantang merupakan pertarungan tokoh lama, kelanjutan dari politik sebelumnya. Dari pengalaman pilkada tahun 2010, menumbangkan incumbent bukan suatu yang mustahil,” ujarnya, Senin (28/9) di kampus UBB, Balun Ijuk Merawang, Bangka.
Tak hanya itu, Ibrahim juga mengkritisi peranan media massa. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Bangka Belitung memandang peran media lokal menjadi agen informasi yang berguna untuk memperkuat fungsi misi partisipasi mayarakat.
Pemberitaan yang masif di media massa dinilai akan meningkatkan animo masyarakat untuk datang ke bilik suara pada 9 Desember 2015 mendatang. Namun secara garis besar, Ibrahim menilai bahwa media sebagai agen informasi cenderung menginstrumentasikan kandidat calon kepala daerah.
“Promosi (calon kepala daerah) kurang berimbang incumbent cenderung menggunakan dana APBD. Secara tak sengaja menciptakan promosi tidak seimbang, ada yang sering tampil karena ada akses modal yang cukup untuk beriklan sebaliknya ada juga yang kurang promosi.Tapi sekarang (advertorial/iklan-red) jauh lebih moderat, konteks kampaye cukup terbatas. Ini tantangan media agar promosi berimbang tentang calon. Media tidak menjadi alat justifikasi tanpa tersekat anggaran,” lanjutnya.
Keberhasilan pilkada tak lepas pula pada cara mengemas isu, dalam hal ini incumbent cukup dirugikan karena kondisi ekonomi beberapa tahun ini tidak stabil. Orang awam cenderung memandang kondisi ini sebagai “dosa pemerintah” meskipun kondisi perekonomian global turut mempengaruhi harga komoditas andalan seperti harga karet turun.
Sementara, dalam kaitannya dengan pilkada di Bangka Barat terdapat satu kandidat dari etnis Tionghoa. Ibrahim menilai identitas di mata masyarakat masih bermakna ganda, “Bagaimanapun politik identitas masih laku bermata dua satu sisi, bisa menjadi alat promosi negatif dan positif tergantung bagaimana mengemas informasi yang bersangkutan. Di Bangka Barat, ada Zuhri sebagai militansi di PKS dan Parhan yang berpasangan dengan Markus dari etnis Tionghoa akan memberikan warna tersendiri,” terang Ibrahim.
Menurut Ibrahim, etnis tionghoa memiliki ikatan yang solid, hal ini dapat tercermin dari pengalaman pilkada Jakarta di tahun 2012 dimana hampir 100 persen etnis Tionghoa di Jakarta memilih Ahok. (dhi)
The post Pilkada 2015 Masih Didominasi Pilihan Lawas appeared first on KORAN BABEL.
baca selengkapnya http://ift.tt/1PJkHbT
ConversionConversion EmoticonEmoticon