JAKARTA, koranbabel — Fraksi PDI Perjuangan menolak jika Presiden Joko Widodo disalahkan atas terus melemahnya rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. PDI-P menilai, Bank Indonesia-lah yang paling bertanggung jawab atas melemahnya nilai tukar rupiah.

Ketua Kelompok Fraksi PDI-P di Komisi XI DPR, Hendrawan Supratikno, merasa perlu meluruskan hal ini. Sebab, saat dia dan anggota DPR lainnya dari PDI-P turun ke daerah, mereka mendapat banyak pertanyaan dari masyarakat mengenai terus merosotnya nilai tukar rupiah ini.

“Kami ke dapil ditanya, ‘Ini bagaimana Pak Jokowi soal pelemahan rupiah.’ Lho, ini bukan urusan Pak Jokowi. Pak Jokowi itu urusi fiskal. Kalau moneter dan kurs itu kerjaan BI,” kata Hendrawan dalam jumpa pers Fraksi PDI-P di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/9/2015).

Ketua Bidang Perekonomian DPP PDI-P ini mengatakan, sebagai lembaga yang berstatus independen, BI-lah yang bertanggung jawab penuh menjaga stabilitas rupiah. Namun, sejauh ini, dia melihat kinerja BI belum maksimal.

Sepanjang tahun ini, rupiah telah melemah lebih dari 18 persen bila dibandingkan kurs awal tahun. Padahal, sepanjang 2014, rupiah hanya melemah sekitar 1,74 persen. Fraksi PDI-P pun mendesak pimpinan DPR RI segera melaksanakan pertemuan konsultasi dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. Nantinya, pimpinan DPR bisa meminta BPK RI untuk mengevaluasi kinerja serta melakukan pemeriksaan dengan tujuan khusus terhadap Bank Indonesia.

“Kita bukan bermaksud tak percaya BI. Cuma audit ini demi memperkuat kinerja pengelolaan sektor moneter di Bank Indonesia. Kita mendorong ini sesuai aturan UU,” kata Hendrawan.

Hal serupa juga sebelumnya disampaikan oleh Ketua Fraksi PDI-P Olly Dondokambey. Olly membela Jokowi dan menganggap BI-lah yang sepenuhnya bertanggung jawab menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. (Baca: Rupiah Tembus Rp 14.800 Per Dollar AS, PDI-P Bela Jokowi dan Salahkan BI)

Pada awal perdagangan di pasar spot, Selasa (29/9/2015) pagi ini, rupiah menembus kisaran 14.800 sehingga menjadi level terendah sejak tahun 1998 silam. Berdasarkan data Bloomberg, pukul 09.00 WIB, mata uang garuda merosot ke posisi Rp 14.811 per dollar AS, lebih rendah dibandingkan penutupan sebelumnya pada 14.674.

Tercatat, pada tanggal 17 Juni 1998, rupiah pernah berada di puncak rekor terlemah di posisi Rp 16.650 per dollar AS. Kemarin, meski sempat melorot hingga mendekati level 14.800, rupiah berhasil menguat 0,12 persen menjadi Rp 14.674. Sementara itu, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia melemah 0,04 persen ke Rp 14.696. (kompas)

The post appeared first on KORAN BABEL.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment